Í Ada Penyakit, Ada Obatnya
Dalam hidup, tidak selamanya kita sehat. Ada kalanya Allah mengaruniai kesehatan, tapi kadang Allah memberi cobaan dengan mencabut nikmat sehat tersebut. Bagi seorang muslim sehat dan sakit merupakan kebaikan, karena keduanya bisa dijadikan sarana mendekatkan diri pada-Nya.
Sangat menakjubkan urusan seorang mukmin itu. Mereka menerima semua persoalan hidup sebagai kebaikan baginya. Apabila kegembiraan yang diterimanya dia akan bersyukur dan itu adalah kebaikan baginya. Dan apabila kepedihan yang diterimanya maka dia bersabar dan itu pun merupakan kebaikan pula baginya. (HR. Muslim)
Tidak hanya sakit, sehat sebenarnya juga ujian kesabaran, karena tidak semua orang bisa menggunakan nikmat sehat untuk beribadah pada-Nya. Hanya saja saat kita dikaruniai nikmat sehat banyak peluang kebaikan yang bisa dilakukan. Maka dari itu menjaga kesehatan dan tetap fit merupakan manifestasi kebaikan yang tidak dapat diraih di saat sakit. Tapi seandainya setelah berusaha menjaga kesehatan tersebut tubuh tetap sakit maka harus dicari obatnya agar segera sembuh. Nabi SAW telah mengisyaratkan pada kita bahwa segala penyakit pasti memiliki obatnya, kecuali penyakit tua.
Dalam Musnad Imam Ahmad disebutkan sebuah hadits dari Usamah bin Syuraik, “Suatu saat aku sedang bersama Nabi, tiba-tiba datanglah beberapa lelaki Badui. Mereka bertanya, ‘Apakah kami boleh berobat?’ beliau menjawab, ‘Boleh wahai para hamba Allah, silakan kalian berobat! Karena setiap Allah menciptakan penyakit pasti Allah juga menciptakan obatnya, kecuali satu penyakit saja.’ Mereka bertanya, ‘penyakit apa itu ya Rasulullah?’ beliau menjawab,‘Penyakit tua.”’ (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Al-Hakim, Shahih)
Í Bagaimana Nabi Memilih Obat?
Dalam
pengobatan, Nabi SAW biasa mengobati dirinya sendiri, selain itu Nabi
juga memerintahkan orang lain untuk melakukan pengobatan sendiri. Beliau
menyuruh hal ini kepada keluarga dan juga para sahabatnya. Nabi dan
para sahabat tidak terbiasa menggunakan obat-obatan kimia yang biasa
disebut Eqrobadjin (farmasi). Kebanyakan obat yang mereka gunakan adalah
makanan sehat alami. Terkadang makanan sehat tersebut dicampurkan
dengan makanan lain sebagai pelarut atau pengemulsi. Penambahan ini
sejatinya bertujuan untuk menghilangkan bentuk aslinya yang kasar, dan
juga untuk menambah khasiat antar makanan tersebut.Obat-obatan seperti ini juga sudah digunakan di berbagai Negara pada zaman dahulu.
Kalangan
medis juga sepakat bahwa selama penggunaan makanan sehat sudah cukup
untuk digunakan dalam pengobatan maka tidak perlu menggunakan obat
tambahan. Selama bisa menggunakan obat-obatan sederhana tidak perlu
menggunakan obat-obatan kimia (sintetik). Mereka menegaskan, ‘‘Setiap
penyakit yang masih bisa diatasi dengan makanan sehat dan pencegahan,
tidak memerlukan obat-obatan.’’ Hal ini bukan berarti menafikan khasiat
obat konvensional (sintetik), hanya saja ada beberapa kelebihan obat
herbal yang tidak dimiliki obat-obatan sintetik
Í Lebih Baik Mencegah Daripada Mengobati
Menurut penuturan dari dr. Joseph Novaks, anggota senior American Medical Association bahwa
tubuh manusa tidak pernah didesain untuk menjadi sakit. Allah membekali
manusia dengan system sekuriti yang cukup tangguh untuk menangkal
segala bentuk ancaman bagi tubuh yang dating dari daam tubuh sendiri
seperti sel-sel yang telah tua dan berpotensi menjadi keganasan/kanker
dan ancaman dari luar yaitu lingkungan berupa mikroorganisme dan
bahan-bahan lainnya.
Sekuriti
itu adalah sistem imunitas tubuh, merupakan semua mekanisme yang
digunakan untuk mempertahankan keutuhan tubuh sebagai perlindungan
terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh berbagai bahan dari lingkungan
hidup. Sistem keamanan tubuh yang berupa “respons imun” diperlukan untuk
tiga hal yaitu:
1. Pertahankan ditujukan untuk infeksi mikroorganisme,
2. Homeostasis (keseimbangan tubuh), mengeliminasi komponen tubuh yang sudah tua,
3. Pengawasan, menghancurkan sel-sel yang bermutasi, terutama yang menjadi ganas.
Maka
sebenarnya tubuh itu didesain untuk sehat, tidak untuk sakit. Maka
sebaiknya apa pun pengobatan, sebenarnya pencegahan tetap lebih baik,
karena pencegahan berarti menghilangkan sebab timbulnya penyakit itu
sendiri.
Dalam buku Thibbun Nabawi ,
Ibnu Qayyim membagi tindakan pencegahan terhadap penyakit menjadi dua
macam, yaitu pencegahan dari hal-hal yang dapat menimbulkan sakit, dan
dari hal-hal yang memperparah penyakit yang sudah ada, sehingga
penyakitnya tidak bertambah parah.
Cara
yang pertama disebut pencegahan penyakit bagi orang sehat. Sedangkan
cara yang kedua adalah tindakan preventif bagi orang sakit. Kalau orang
sakit mampu melakukan tindakan preventif, maka penyakitnya bisa dicegah
agar tidak semakin parah, sehingga ia bisa meningkatkan stamina untuk
mengusir penyakit tersebut.
Secara tersirat, Allah telah menjelaskan hal ini dalam salah satu firman-Nya,
Dan
jika kamu sakit atau dalam perjalanan, atau kembali dari tempat buang
air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air,
maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih)…. (Al-maidah [5]:6)
Dalam
ayat ini, orang sakit dicegah menggunakan air saat wudhu, karena air –
pada kasus penyakit tertentu – bisa membahayakan kesehatan tubuhnya.
Berarti pencegahan terhadap sebab-sebab timbulnya penyakit atau sesuatu
yang menyebabkan penyakit bertambah parah sangat ditekankan.
Kesimpulannya,
pencegahan itu adalah obat terbaik terhadap penyakit, bisa mencegah
timbulnya penyakit atau setidaknya mencegah agar penyakit itu tidak
semakin parah dan melebar.
Kadangkala
seseorang menginginkan sesuatu yang sebenarnya dilarang karena akan
semakin memperparah sakitnya. Dalam hal ini menurut Ibnul Qayyim tidak
mengapa diberikan dengan beberapa catatan. Hal ini diperbolehkan jika si
sakit betul-betul menginginkannya. Makanan yang dilarang tersebut
(karena akan memperparah penyakit) boleh dikonsumsi asal sedikit dan
dalam takaran yang mampu dicerna dengan baik.
Hal
itu tidak akan berbahaya, bahkan akan berguna. Karena kondisi tubuh dan
lambung akan saling terikat oleh rasa suka dan senang, keduanya akan
secara kooperatif menghalau hal-hal yang dikhawatirkan bahayanya. Bisa
jadi, akan lebih berguna daripada mengonsumsi obat yang tidak disukai
oleh pasien. Dalam hal ini menurut Ibnul Qayyim bahwa penyembuhan itu
tidak semata dipengaruhi oleh faktor obat, namun faktor psikis dan
diterimanya obat oleh tubuh juga memiliki pengaruh penting pada
kesehatan.
Í Obat Herbal
Istilah
herbal biasanya dikaitkan dengan tumbuh-tumbuhan yang tidak berkayu
atau tanaman yang bersifat perdu. Dalam dunia pengobatan, istilah herbal
memiliki makna yang lebih luas, yaitu segala jenis tumbuhan dan seluruh
bagian-bagiannya yang mengandung satu atau lebih bahan aktif yang dapat
dipakai sebagai obat (therapeutic) . Misalnya Mengkudu Hutan (Morinda citrifolia) yang mengandungMorindin , bahan aktif anti kanker; Pegagan (Centela asiatica) yang mengandung Asiaticoside yang berguna untuk masalah kulit dan meningkatkan IQ.
a. Mengapa Memilih Obat Herbal?
Selama
ini banyak orang memilih untuk mengonsumsi obat herbal karena
menganggap bahwa obat herbal lebih aman daripada obat sintesis. Selain
itu, obat herbal minim efek samping dan dari sisi kekayaan alam
Indonesia, obat herbal sangat mudah dicari. Sehingga jika dikonsumsi
dalam jangka panjang tidak akan menimbulkan komplikasi dalam tubuh.
Namun
demikian, dalam perkembangannya sering dijumpai ketidaktepatan
peracikan obat herbal karena kesalahan informasi. Juga adanya anggapan
yang keliru terhadap obat herbal dan cara penggunaannya, sehingga dalam
beberapa kasus menimbulkan efek samping.
Ada
beberapa jenis tanaman obat yang memiliki khasiat hampir serupa bahkan
dinyatakan sama. Sebaliknya untuk indikasi tertentu diperlukan beberapa
jenis tanaman obat yang memiliki efek farmakologissaling
mendukung satu sama lain. Walaupun demikian, karena sesuatu hal maka
pada beberapa kasus ditemukan penggunaan tanaman obat tunggal untuk
tujuan pengobatan tertentu. Hal ini akan berakibat fatal karena obat
herbal tersebut akan bereaksi negatif terhadap tubuh kita. Sebagai
contoh:
õ Daun Seledri/apium graviolens telah
diteliti dan terbukti mampu menurunkan tekanan darah, tetapi pada
penggunaannya harus berhati-hati karena pada dosis berlebih (over dosis)
dapat menurunkan tekanan darah secara drastis sehingga jika penderita
tidak tahan dapat menyebabkan syok. Oleh karena itu dianjurkan agar
jangan mengonsumsi lebih dari satu gelas perasan seledri untuk sekali
minum.
õ Mentimun, takaran yang diperbolehkan tidak lebih dari 2 buah besar untuk sekali makan.
õ Gambir,
untu menghentikan diare, tetapi penggunaan lebih dari satu ibu jari
bukan sekedar menghentikan diare bahkan akan menimbulkan kesulitan buang
air besar selama berhari-hari.
õ Minyak jarak (Oleum recini) digunakan untuk mengobati urus-urus, jika penggunaannya tidak terukur akan menyebabkan iritasi saluran pencernaan.
õ Keji beling (Strobilantus crispus) digunakan
untuk mengobati batu ginjal, jika pemakaian melebihi 2 garam serbuk
(sekali minum) bisa menimbulkan iritasi saluran kemih.
Dalam
pemeriksaan laboratorium pada beberapa pasien yang mengonsumsi Keji
Beling untuk mengobati batu ginjal dinyatakan bahwa dalam urinnya
ditemukannya adanya sel-sel darah merah (dalam jumlah) melebihi batas
normal. Hal ini sangat dimungkinkan karena daun Keji Beling merupakan
diuretik kuat sehingga dapat menimbulkan iritasi pada saluran kemih.
Akan lebih tepat bagi mereka jika menggunakan daun Kumis Kucing (Ortosiphon stamineus) yang efek diuretiknya lebih ringan dan dikombinasikan dengan daun Tempuyung (Sonchus arvensis) yang tidak mempunyai efek diuretik kuat tetapi dapat melarutkan batu ginjal berkalsium.
Obat herbal yang berasal dari tanaman obat akan bermanfaat jika digunakan dengan cara:
1. Ketepatan takaran/dosis,
2. Ketepatan waktu penggunaan,
3. Ketepatan cara penggunaan,
4. Ketepatan pemilihan bahan secara benar,
5. Ketepatan pemilihan tanaman obat atau ramuan obat herbal untuk indikasi tertentu.
b. Kelebihan dan Kelemahan Obat Herbal
Tidak
ada metode pengobatan apa pun yang sempurna tanpa adanya kelemahan atau
kekurangan. Tetapi dengan sikap objektif; memahami kekurangan suatu
metode pengobatan justru merupakan langkah positif terhadap perbaikan
suatu metode tersebut. Dengan mengetahui kekurangan, diharapkan akan
muncul upaya-upaya untuk mengantisipasi sehingga menjadi lebih baik.
Lain
halnya jika kekurangan terus-menerus ditutupi, justru akan membuat
metode pengobatan tersebut tidak akan mengalami perkembangan dan
perbaikan. Sehingga ketika dijumpai suatu masalah maka tidak akan bisa
melakukan langkah antisipasi untuk mengatasinya.
Metode
yang berasal dari Negara-negara Barat banyak mendominasi dunia medis.
Hal ini disebabkan perkembangan metode pengobatan banyak berasal dari
ahli-ahli yang ada di Negara tersebut. Sementara untuk metode pengobatan
yang lain masih dianggap kurang berkembang karena sedikitnya orang yang
tertarik mendalaminya atau sedikitnya orang yang berobat dengan metode
tersebut.
Seiring
berkembangnya zaman, pemikiran-pemikiran yang didasari ketidakpuasan
atas metode pengobatan medis Barat mulai muncul. Akibatnya metode
alternative semakin berkembang dan ikut menambah porsi peranannya dalam
pengobatan. Rasa tidak puas dari metode pengobatan medis Barat biasanya
disebabkan,
1. Adanya
beberapa penyakit yang sama sekali tidak bisa diobati dengan metode
pengobatan medis. Hal inilah yang membuat seseorang harus mencari metode
alternative yang diyakini bisa memberikan pengobatan.
2. Pada beberapa penyakit memerlukan biaya pengobatan yang mahal sehingga hanya orang-orang tertentu yang bisa memanfaatkannya.
3. Pada
beberapa kasus pengobatan secara medis lebih rumit dan memerlukan
prosedur yang ketat–mungkin juga birokrasi yang berbelit-belit sehingga
kadang-kadang membuat kelelahan sebelum tujuan pengobatan itu tercapai
dan pembengkalan biaya pengobatan.
4. Efek samping yang muncul relative lebih berbahaya sehingga membutuhkan pengawasan yang lebih ketat.
5. Pada
beberapa penyakit memerlukan cara-cara pengobatan yang dianggap
menakutkan, seperti operasi/pembedahan, radiasi, kemoterapi dan
lain-lain.
6. Karena metode ini berasal dari Negara-negara Barat maka beberapa kelompok muslim ada yang kurang bisa menerimanya.
Kelebihan medis dibanding dengan pengobatan alternatif diantaranya adalah:
1. Saat ini merupakan metode pengobatan terhadap suatu penyakit yang paling luas secukupnya.
2. Mempunyai efek terapi yang cepat sehingga sesuai untuk mengobati penyakit-penyakit yang bersifat emergency (gawat darurat).
3. Mempunyai berbagai macam teori-teori tentang kesehatan yang paling banyak digunakan pada saat ini dan mudah untuk disebarkan.
4. Mempunyai tempat pelayanan pengobatan yang luas dan menjangkau sampai daerah-daerah sulit.
5. Mempunyai
sistem pengajaran yang lebih fleksibel dan efektif melalui berbagai
lembaga pendidikan sehingga bisa mudah disebarluaskan.
6. Menggunakan
metode penelitian yang lebih rinci dan detail terhadap suatu produk
obat atau cara pengobatan secara ilmiah sehingga bisa
dipertanggungjawabkan.
7. Menggunakan izin resmi dari pemerintahan terkait praktek pengobatannya sehingga lebih bisa dipertanggungjawabkan.
Beberapa kelebihan metode alternatif herbal dibanding metode medis :
1. Relatif aman dari efek samping untuk dikonsumsi dalam jangka waktu lama.
2. Sesuai
untuk gangguan kesehatan terutama penyakit kronik dan degeneratif
seperti hipertensi, kencing manis, rematik, asma, penyebaran sel-sel
kanker, dan lain-lain.
3. Metode
herbal menggunakan unsur-unsur obat yang lebih alami sehingga
diharapkan tubuh lebih mudah untuk menerima dan bisa menolerirnya.
4. Bisa menyembuhkan beberapa penyakit tertentu yang tidak bisa diobati dengan cara medis.
5. Mengandung
motivasi psikis, keyakinan, kepasrahan yang tinggi sehingga dapat
meningkatkan semangat dalam berobat untuk mencapai kesembuhan.
Kekurangan metode alternatif herbal:
1. Membutuhkan waktu lebih lama untuk mendapatkan khasiat obat sehingga harus dikonsumsi secara rutin
2. Sulit
mendapatkan bahan dasar obat yang dimaksud jika harus dalam bentuk
segar (untuk mengurangi masalah ini sekarang telah dibuat dalam berbagai
ekstrak)
3. Khasiat
obat yang membutuhkan waktu relatif lama, maka tidak dianjurkan untuk
gangguan kesehatan yang gawat darurat. Misal asma pada keadaan serangan,
jantung saat serangan, perdarahan, patah tulang, infeksi yang
membutuhkan penanganan cepat, dan lain-lain.
4. Membutuhkan motivasi tinggi karena jalan yang ditempuh kurang familier di kalangan masyarakat umum.
5. Bahan baku belum standar
6. Bersifat higroskopis serta volumines
7. Belum dilakukan uji klinik
8. Mudah tercemar berbagai jenis mikroorganisme
Walaupun
demikian, efek samping obat herbal tidak bisa disamakan dengan efek
samping obat modern. Pada tanaman obat terdapat suatu mekanisme yang
disebut penangkal atau dapat menetralkan efek samping tersebut yang
dikenal dengan istilah SEES (Side Effect Eliminating Subtanted).
Sebagai contoh:
§ Di
dalam Kunyit terdapat senyawa yang merugikan tubuh, tetapi di dalam
kunyit itu juga ada zat anti untuk menekan dampak negatif tersebut.
§ Pada perasaan air tebu terdapat senyawasaccharant yang
ternyata berfungsi sebagai anti diabetes. Maka untuk penderita diabetes
(kencing manis) bisa mengonsumsi air perasan tebu, tetapi dilarang
minum gula walaupun gula merupakan hasil pemurnian dari tebu.
Berbagai
upaya telah dilakukan untuk menannggulangi kelemahan-kelemahan ini
sampai ditemukannya bentuk obat herbal yang telah teruji khasiat dan
keamanannya, bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah serta memenuhi
indikasi medis yaitu kelompok obat fitoterapi ataufitofarmaka .
Dalam
berbagai kasus pola penyakit di Indonesia mengalami pergeseran dari
penyakit infeksi yang terjadi sebelum tahun 1970 ke penyakit-penyakitmetabolik degeneratif yang terjadi sesudah tahun 1970 sampai sekarang.
Penyakit
infeksi dalam pengobatannya memerlukan penanggulangan secara cepat
dengan menggunakan antibiotic. Jika pengobatan menggunakan obat herbal
yang efeknya lambat, tentunya kurang efektif.
Penyakit metabolik regeneratif
adalah penyakit baru yang ditimbulkan oleh gangguan metabolism tubuh
akibat mengonsumsi berbagai jenis makanan yang tidak terkendali serta
gangguan faal tubuh sejalan dengan proses degenerasi. Termasuk penyakit
metabolik antara lain: diabetes (kencing manis), hiperlipidermia
(kolesterol tinggi), asam urat, batu ginjal dan hepatitis. Sedangkan
yang termasuk penyakit degeneratif antara lain adalah: rematik (radang
persendian), asma (sesak nafas), tukak lambung, ambeien/wasir dan pikun (Lost of memory) .
Untuk
menanggulangi penyakit tersebut diperlukan pemakaian obat dalam waktu
lama sehingga jika menggunakan obat modern dikhawatirkan adanya efek
samping yang terakumulasi dan dapat merugikan kesehatan. Oleh karena itu
lebih sesuai bila menggunakan obat alam atau oat herbal, yang mempunyai
kelebihan yaitu meskipun penggunaannya dalam waktu lama tetapi efek
samping yang ditimbulkan relatif kecil sehingga dianggap lebih aman.
c. Hal-hal yang perlu Diperhatikan Pada Obat Herbal
Cara
meramu obat herbal sangat sederhana, dan dapat dibuat sendiri. Cara
tersebut ternyata dapat dipraktekkan dengan mudah, karena bahan yang
digunakan mudah didapat serta proses pembuatannya yang sederhana.
Meskipun
begitu harus tetap diperhatikan “aturan main” dalam meramu obat herbal.
Hal-hal yang perlu diperhatikan saat akan membuat/meramu obat-obat
herbal adalah:
· Bahan Baku
Dibutuhkan
pengetahuan tentang pengenalan tanaman berkhasiat obat. Bahan baku yang
digunakan adalah bagian tanaman atau seluruh tanaman yang masih segar
dan dicuci dahulu sebelum digunakan. Pilih tanaman atau bagian tanaman
yang tumbuh subur, dalam keadaan utuh tidak dimakan serangga atau ulat
dan tidak busuk atau layu. Bahan segar yang dapat disimpan adalah
kunyit, temu lawak, kencur, buah jeruk nipis, kencur, dll. Bila
menggunakan bahan yang sudah kering, pilih yang belum bercendawan dan
dimakan serangga. Sebelum digunakan dicuci terlebih dahulu.
· Air
Gunakan
air bersih untuk mencuci bahan yang akan digunakan dan untuk membuat
ramuan. Pembuatan obat herbal yang tidak membutuhkan pendidihan atau
dimasak harus menggunakan air masak.
· Peralatan
Peralatan
yang ada di dapur seperti pisau, talenan, panci, parut, dan lain-lain
dapat digunakan untuk memasak ramuan herbal. Peralatan harus dicuci
bersih sebelum digunakan dan setelah digunakan, sehingga tidak tercampur
dengan bahan masakan, khususnya yang berasal dari hewan. Untuk merebus,
dapat digunakan panci yang dilapisi email atau menggunakan kuali/periuk
dari tanah liat. Jangan menggunakan panci yang terbuat dari kuningan
atau besi untuk menghindarkan timbulnya endapan, konsentrasi larutan
yang rendah, timbulnya racun, atau efek samping lain akibat terjadinya
reaksi kimia dengan bahan obat. Khusus untuk merebus jamu yang memberikan rasa pahit, sebaiknya digunakan panci khusus.
· Meramu
Sebelum
meramu, cuci tangan sampai bersih, siapkan ahan, dan letakkan pada
wadah yang bersih. Pastikan bahwa telah diketahui resep ramuan yang akan
dibuat (bila perlu melihat catatan).
· Bobot dan Takaran
Untuk
mengukur bobot/takaran dapat digunakan peralatan yang ada di rumah
tangga, misalnya gelas, cangkir, sendok, jari, helai, dan lain-lain.
Bobot dan takaran sesuaikan dengan resep yang telah diketahui.
· Cara Merebus Ramuan
Untuk merebus bahan/ramuan segar maupun kering, perlu diperhatikan hal berikut:
a. Bahan yang terlalu tebal seperti rimpang, batang dipotong-potong tipis terlebih dahulu.
b. Masukkan
bahan ke dalam wadah dan masukkan air sampai bahan terendam (sesuai
takaran) dan nyalakan api. Api dapat kecil atau besar sesuai kebutuhan.
Obat yang bersifat tonik biasanya direbus dengan api kecil sehingga
bahan aktif dapat secara lengkap dikeluarkan ke dalam air rebusan. Obat
yang bersifat mengeluarkan keringat, misalnya ramuan untuk influenza,
gunakan api besar sehingga dapat mendidih dengan cepat. Dengan cara
tersebut, penguapan dari bahan aktif yang mudah menguap dapat dicegah.
c. Bila tidak ada ketentuan lain maka perebusan dianggap selesai bila air rebusan tersisa setengah dari jumlah air semula.
d. Jika
ramuan terdiri dari banyak bahan yang keras seperti batang, biji, maka
perebusan dianggap selesai bila air tersisa sepertiganya.
· Penggunaan
Pastikan
bahwa telah diketahui cara penggunaan ramuan. Obat herbal ada yang
digunakan dengan cara diminum atau merupakan obat luar. Jika penggunaan
obat herbal selama tiga sampai empat hari belum menunjukkan adanya
tanda-tanda penyembuhan atau perbaikan keluhan, bahkan semakin memburuk,
segera dibawa ke tempat pelayanan pengobatan terdekat tanpa menunggu
atau mencoba-coba ramuan lainnya lagi.
· Aturan minum dan jangka waktu pemakaian
Ikuti
petunjuk atau aturan minum yang sudah diketahui. Dosis perlu
diperhatikan dan ditaati agar pengobatan mencapai hasil yang diharapkan.
Obat biasanya diminum sebelum makan, kecuali bila ramuan tersebut
merangsang lambung. Obat yang bersifat menenangkan dan menyebabkan
kantuk sebaiknya diminum menjelang tidur malam. Obat herbal yang
digunakan bersama-sama obat moder sebaiknya diberi jangka waktu minum,
yaitu selisih sekitar 2 jam untuk kedua jenis obat ini.
Sebaiknya,
ramuan segera diminum dalam keadaan segar. Untuk ramuan yang tidak
dididihkan atau direbus, gunakan segera dalam waktu 12 jam. Sedangkan
ramuan yang direbus dapat digunakan dalam jangka waktu 24 jam.
· Kebersihan obat
Dalam
meramu obat-obatan, sudah tentu harus diperhatikan segi kebersihannya.
Tanaman obat yang akan digunakan sebaiknya dicuci dengan air matang.
Baik bahan-bahan obat maupun perlengkapan yang akan digunakan, hendaknya
dicuci bersih dan tidak berkarat. Begitu juga kain yang dipakai untuk
memeras atau menyaringnya. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari adanya
kotoran cacing, bakteri, virus, atau kotoran tikus yang menempel dan
dapat menyebabkan penyakit leptospirosis .
· Dosis/takaran obat
Obat
herbal juga memiliki takaran tersendiri tiap ramuannya. Takaran untuk
orang dewasa berbeda dengan takaran/dosis untuk anak. Misalnya, untuk
membalur badan anak yang masih kecil, cukup gunakan satu suing bawang
merah saja. Kalau anaknya sudah besar, sediakan dua suing bawang. Begitu
pula dosis yang diminum, untuk membuat ramuan dosis anak, cukup
kira-kira ½ atau 1 ruas jari untuk kunyit atau jahe. Semakin besar usia
anak, tentu dosisnya semakin besar.
Semua
harus dikira-kira sendiri dengan ukuran alami, tak bisa seperti dosis
dokter dengan milligram atau millimeter ekstrak obat.
Memang,
ramuan yang terbuat dari tumbuh-tumbuhan juga punya dampak yang cukup
berbahaya bila dosisnya berlebihan, seperti timbulnya rasa mual, muntah,
pusing, diare, dan lain-lain. Begitu
pun bila dosisnya terlalu sedikit, bisa tidak efektif dan lama
sembuhnya. Jadi, bila tak yakin pada ukuran ramuannya, lebih aman
tanyakan kepada ahlinya atau yang sudah berpengalaman. Bisa juga
berpatokan pada buku-buku ramuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar